Hallo teman,
setelah sekian lama serta e-mail - e-mail permintaan untuk melanjutkan bercerita di blog ini, simak yuks cerita kali ini.
semoga suka yaaa ...
____________________________________________________________________________________________________________________________
Kenapa kau tembak tubuhku
Aku tak bersalah padamu
Aku hanya cinta pada ibu dan bapakku
Itukah dosaku??
Kenapa kau sampai hati memotong hidupku
Kau tak kenal padaku . . . . . . . . . . .!!!
. . . . . . . . . . . . .
Seandainya Adek Irma Suryani Masih Hidup ...
Tak jauh berbeda dengan Pierre Tendean, kita ketahui jika Adek Irma Suryani Nasution juga merupakan korban meninggal yang tidak direncanakan atas aksi penculikan yang semula menyasar pada Jenderal Abdul Haris Nasution. Pagi kelam itu, tanpa sengaja peluru-peluru yang berhamburan mencari mangsanya menembus tubuh mungil si bungsu dari Jenderal AH. Nasution. Sedangkan Jenderal AH. Nasution berhasil meloloskan diri dari aksi berdarah di pagi hari tersebut karena desakan dari sang istri, Johana Sunarti Nasution.
Adek Irma Suryani, si manis nan lincah putri bungsu dari keluarga A.H Nasution lahir
pada 19 Februari 1960. Tapi kelincahan si manis ini harus berakhir di
tangan-tangan kotor yang merenggut nyawanya secara paksa, ia meninggal di usia
5 tahun 7 bulan. Usia yang masih sangat belia di mana anak-anak seusianya masih
senang bermain, berlarian sana-kemari serta bermanja-manja kepada orang
tuanya. Tapi hal memilukan tak dapat dihindari lagi ketika 3 peluru menembus
tubuh Adek.
Kini, nama Adek Irma Suryani hanyalah sebuah kenangan pilu tentang bagaimana
perjuangan hidup seorang anak yang bertahan dengan peluru yang bersarang di
tubuhnya selama beberapa hari. Dalam sebuah wawancara, Ibu Nasution pernah
berujar bahwa jika ia melihat anak-anak yang mungkin seumuran atau teman
bermain Adek, maka Adek pasti akan sama sebesar mereka jika Adek masih hidup.
Semasa hidupnya, Pak Nas dan Ibu Nas sering membicarakan segala sesuatu tantang
Adek saat mereka merindukan sosok putri bungsunya yang telah terlebih dahulu
berpulang. Adek Irma Suryani berpulang setelah 5 hari lambungnya robek oleh
peluru. Waktu itu dini hari di tanggal 1 Oktober 1965 ketika rumah Pak Nas di
Jl. Teuku Umar diserbu oleh segerombol pasukan pengkhianat. Mendengar suara
ribut-ribut Adek pun terbangun. Tantenya, Mardiah (adik Pak Nas) segera menggendong
Adek dengan maksud ingin menyelamatkan Adek ke tempat yang lebih aman.
Tapi malang tak dapat ditolak, saat Mardiah mencoba membuka pintu kamar,
senjata yang berada di balik pintu langsung memuntahkan pelurunya ke arah
Mardiah yang sedang menggendong Adek. Rupanya para pengkhianat tersebut
menyangka bahwa yang akan keluar dari dalam kamar adalah Pak Nas, tetapi
ternyata Adek-lah yang menghadapi maut di ambang pintu tersebut. Segera Ibu Nas
mengambil alih Adek untuk kemudian digendongnya dengan darah yang telah
membasahi tubuh Adek.
Lalu, apakah Ibu Nas menyesal mengapa pada saat itu Mardiah membuka pintu yang
berakhir dengan kematian Adek?
Tidak, Ibu Nas berkata bahwa jalannya memang sudah demikian. Mardiah juga tidak
sengaja dan tidak tahu bagaimana bahayanya jika membuka pintu itu. Ibu Nas
menuturkan bahwa mereka tidak menyesali kejadian tersebut, karena jika
dipikirkan, banyak peluru yang melesat melewati rambutnya hingga rambutnya
terbawa, tak hanya itu karena peluru juga melesat menyerempet ketiaknya. Ibu
Nas merasa seharusnya saat itu ia sudah mati, karena saat direkonstruksi, tepat
di tempat ia berdiri di balik pintu, terdapat lubang-lubang peluru yang menembus
pintu.
Sebagian orang yang akan meninggal, kadang bertingkah laku di luar kebiasaan
sehari-harinya. Hal tersebut merupakan firasat bagi orang-orang atau pun
keluarga yang akan ditinggalkannya. Ibu Nas sendiri tidak merasakan ada firasat
apapun atas kepergian Adek. Tapi Ibu Nas sendiri mendapatkan firasat tentang
kejadian yang akan menimpanya keluarganya kala itu.
Pada hari-hari menjelang bulan Oktober di tahun 1965, Ibu Nas sempat bermimpi
bahwa ayahnya yang sudah meninggal dunia di tahun 1963, RP. Gondokusumo, yang
dekat dengan Bung Karno datang dengan menggunakan kain sarung dan singlet. Dalam
mimpi tersebut ayahnya berkata bahwa saat ini keadaan sedang ruwet dan negara
sedang dikacaukan.
Pada pagi hari setelah Pak Nas didesak oleh Ibu Nas untuk menyelamatkan diri
dengan melompati tembok di sebelah rumah, gerombolan pengkhianat pergi dengan membawa
serta sang ajudan. Ibu Nas masih menggendong Adek yang sudah bermandikan
darah. Ditatapnya punggung ajudannya
yang sudah ia anggap sebagai anggota keluarganya sendiri menjauh, digiring oleh
orang-orang yang berhasil memporak-porandakan rumah dan juga buah hatinya.
Setelah keadaan kembali hening dan kosong, Ibu Nas berusaha untuk mencari supir
guna membawa Adek ke rumah sakit. Ibu Nas sempat mampir ke markas KKO
memberitahukan apa yang baru saja ia alami. Sesampainya di RSPAD, Ibu Nas juga
memberitahukan kepada dokter. Rubiono untuk melaporkan ke Istana tentang apa
yang baru saja terjadi.
-----------------
Adek mau terus hidup...
Pak Nasution - Adek Irma - Ibu Johana Sunarti - Yanti |
Di ruangan rumah keluarga AH.Nasution yang kini telah menjadi Museum Sasmitaloka
Jenderal AH. Nasution, banyak terpampang gambar dan foto Adek. Di samping
foto-foto tersebut, terdapat pula lubang-lubang bekas peluru yang menembus
pintu dan perabot lainnya. Rumah tersebut dibiarkan seperti itu agar selalu
tampak asli seperti dahulu.
Gambar-gambar Adek yang dipasang merupakan pemberian dari kawan-kawannya yang bersimpati. Berkali-kali lukisan Adek berdatangan serta hal-hal yang berhubungan dengan Adek. Semua masih tetap terpelihara untuk mengenang Adek. Setelah kejadian yang memilukan tersebut, keluarga A.H Nasution sempat bermaksud untuk pindah rumah. Tapi kenangan tentang Adek yang selalu hidup di tengah mereka dan membuat mereka tetap menempati rumah tersebut.
Gambar-gambar Adek yang dipasang merupakan pemberian dari kawan-kawannya yang bersimpati. Berkali-kali lukisan Adek berdatangan serta hal-hal yang berhubungan dengan Adek. Semua masih tetap terpelihara untuk mengenang Adek. Setelah kejadian yang memilukan tersebut, keluarga A.H Nasution sempat bermaksud untuk pindah rumah. Tapi kenangan tentang Adek yang selalu hidup di tengah mereka dan membuat mereka tetap menempati rumah tersebut.
Baju-baju Adek diberikan kepada anak-anak lain seusia Adek atau beberapa
disimpan dan sempat digunakan oleh cucu Bapak dan Ibu Nas. Baju kesayangan Adek
Sebagai Kowad tetap disimpan dan dipamerkan di museum. Baju pestanya yang
terakhir diserahkan oleh pihak keluarga ke Museum Taruna di Magelang.
Bagaimana pun tabahnya hati seorang ibu yang telah kehilangan anak yang
dicintainya, tentu masih tergetar juga perasaannya jika harus mengingat
peristiwa yang merenggut nyawa putri kecilnya yang belum lama mewarnai
keceriaan di hari-harinya. Bagaimana ketika saat Adek baru saja tertembak, Adek
berkata bahwa ia ingin tetap hidup.
Prosesi pemakaman Adek Irma Suryani |
Saat ingin dioperasi dan minum obat untuk persiapan, Adek sempat berkata, “Adek
minum obat supaya Adek cepat sembuh.”. Tapi takdir berkata lain, Adek telah
benar-benar kehilangan rasa sakitnya untuk selama-lamanya.
Kenangan pada Adek tak hanya membekas bagi keluarga, tapi kita semua bisa merasakan bagaimana peluru-peluru yang beterbangan di rumah tersebut menembus tubuh mungil seorang anak tak berdosa. Adek mungkin telah tiada, tapi kenangan dan peninggalan-peninggalan Adek bisa kita lihat di Museum Jenderal AH. Nasution, Jakarta.
Kenangan pada Adek tak hanya membekas bagi keluarga, tapi kita semua bisa merasakan bagaimana peluru-peluru yang beterbangan di rumah tersebut menembus tubuh mungil seorang anak tak berdosa. Adek mungkin telah tiada, tapi kenangan dan peninggalan-peninggalan Adek bisa kita lihat di Museum Jenderal AH. Nasution, Jakarta.
Tentu saja, Adek Irma Suryani Nasution sudah tidak ada, tapi namanya masih
selalu membekas di hati keluarganya, teman-temannya, dan juga kita semua.
sumber: Astuti Wulandari (Adek Irma Suryani Nasution dalam Kenangan)
Semoga bermanfaat,
Semoga bermanfaat,
Salam hangat :)
0 comments:
Post a Comment