Entah berapa kali dalam satu tahun saya berkunjung ke Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya. Karena termasuk dekat dari rumah, saya juga senang dengan suasana di sekitar Lubang Buaya. Jalannya masih rindang dengan banyak pepohonan, kecil dengan banyak kelokan. Udaranya juga masih segar, tidak seperti kebanyakan kawasan di bilangan Jakarta. Kadang tercium aroma embun dari pepohonan ketika matahari masih malu-malu bersinar. Sejuk, jika pernah ke sana pada saat pagi atau sore hari, pasti merasakan sensasi menuju puncak, Bogor.
Sebenarnya saya sering melewati depan Monumen Pancasila Sakti, tapi untuk memasuki gerbang besar tersebut saya tidak berani jika seorang diri. Saat malam, gerbang gagah tersebut benar-benar gelap, dengan pagar besi tinggi tegap dan pepohonan di sampingnya membuat kita tidak bisa menemukan lokasi tersebut jika jarang melewatinya. Karena memang penerangan di depan gerbang tersebut sangat kurang.
Tahun ini saya sudah empat kali berkunjung ke tempat tersebut. Itupun dengan memaksa teman untuk ikut dengan saya, mengajak adik, atau pun merayu anak tetangga untuk bisa menemani saya dengan dalih belajar sejarah :D. Bukan, ini samasekali tidak ada hubungannya dengan kontroversi yang terjadi di balik peristiwa dan dibangunnya tempat ini.
Ini semua pasti ulah rindu, rindu saya pada salah satu pahlawan yang dieksekusi di sana. Saya selalu ingin mengenangnya, bahkan dengan memasuki gerbang kokoh di depan pintu masuk Monumen Pancasila Sakti, saya sudah merasakan rindu yang segera terbayar. Menuju ke arah sumur maut, memandang lama pada tujuh Pahlawan Revolusi yang patungnya berdiri menawan. Lalu berpindah ke Gedung Paseban.
Memang semua benda terakhir peninggalan korban ada di sini, di simpan dalam lemari kaca untuk dipamerkan. Lengkap dengan segala keterangan, foto-foto, serta hasil visum. Ribuan rasa jika berada di sini, di tempat ini. Walaupun kita tidak pernah menyaksikan kejadian aslinya, tapi keterangan-keterangan yang ada sudah sangat sungguh menggambarkan kejadian yang dialami para korban.
Yaks, dan sasaran utama rindu saya ada di sini. Di depan lemari yang menyimpan peninggalan dan benda-benda terakhir yang ditemukan pada tubuh Pierre Tendean. Isi lemari tersebut sungguh sanggup membuat saya rindu untuk selalu ke tempat ini, Gedung Paseban. Entah berapa lama saya sanggup bertahan untuk berdiri di depannya yang akhirnya harus sadar bahwa saya telah memaksa orang lain untuk menemani saya ke tempat ini :D
Saya suka melihat saputangan di sakunya, saya suka dengan batu pada cincinnya. Entahlah apa yang terjadi pagi itu, tapi peninggalannya membuat saya semakin terharu. Apalagi ada tali yang digunakan untuk mengikat tangan Pierre Tendean. Tapi semua hal yang berhubungan dengannya selalu berhasil membuat saya rindu untuk selalu mengenangnya. Itulah sebabnya saya selalu berkali-kali datang ke tempat tersebut apapun alasannya. Apalagi jika rindu sudah memaksa untuk segera dibayar. Semua hal tentang Pierre Tendean selalu membuat saya semakin penasaran.
Saputangan di saku celana Pierre Tendean |
Cincin bermata biru |
Tali yang digunakan untuk mengikat tangan Pierre Tendean |
Pierre Tendean mengawali karirnya di bagian Zeni, sebuah unit dalam kesatuan Angkatan Darat yang menangani teknis Konstruksi, Destruksi, Rintangan, Samaran, Penyeberangan, Penyelidikan, Perkubuan, Penjinakan bahan peledak (Jihandak), serta Nuklir-Biologi-Kimia (Nubika) pasif. Itulah sebabnya saya yakin Pierre Tendean adalah sosok pemuda yang cerdas.
Wajah rupawan Pierre Tendean adalah salah satu kelebihan yang lain. Ia keturunan Manado-Prancis. Maka, kulitnya bersih . Jelas, tidak ada yang curiga ketika ia disusupkan ke Singapura.
Tak henti saya terkagum pada keberaniannya, kesetiaannya, dan dedikasinya untuk sang Jenderal, untuk mengharumkan nama baik kesatuan di mana ia dididik, mengharumkan nama keluarga, serta Indonesia.
Bahkan peninggalan terakhirnya pun membuat saya terkagum, bisa selalu melihatnya, dekat walaupun tanpa menyentuhnya. Dan Gedung Paseban di Lubang Buaya adalah tempat yang akan selalu mengingatkan saya pada beliau. Dan semua tempat yang berhubungan dengan beliau akan selalu membuat saya membayangkan bahwa beliau masih ada, menikmati oksigen yang sama saat saya mendatanginya, serta menatap pemandangan yang sama walaupun dalam dimensi waktu yang berbeda.
Lubang Buaya hanya satu dari sekian banyak tempat yang menjadi saksi bahwa Pierre Tendean pernah menapakkan kakinya, menghirup udaranya, serta merasakan suka duka-nya. Semoga beliau selalu dikelilingi segala kebaikannya di alam sana. Serta doa-doa para penerusnya yang selalu menginginkan kebahagiaan untuknya.
Lain kali, saya akan rindu lagi pada Lubang Buaya, serta tempat-tempat yang berhubungan dengan Pierre Tendean. Dan pastinya cerita-cerita terbaik dari pengalaman hidupnya yang selalu menarik saya untuk berkhayal seandainya saya hidup di masa yang sama. Dan semua gara-gara Pierre Tendean :D
Salam hangat ;)
Wah,mba ini ngefans banget kayaknya sama Pierre Tendean ^^
ReplyDeleteSaya juga selalu tertarik membaca kisah tentangnya,melihat tentangnya.Monumen Pancasila Sakti itu daerah mana ya?Saya pengen kesana :D Terimakasih sebelumnya :)
haii mba Virgin. salam kenal, terimakasih sudah berkunjung dan menyempatkan berkomentar ^^, yaaa, Pierre Tendean memang selalu menarik untuk dibahas.. hehe ..
DeleteMonumen Pancasila Sakti ada di daerah Lubang Buaya, Jakarta-Timur mba.. jika bersedia, ayuk kita meet up di sana .. heheh :D
wahhh alhamdulillah banyak juga yg suka pierre ayoo meet up :D
DeleteAku jg ngefans bgt sama alm pak pierre... Guantenggg polll, berkharisma n cerdas keliatannya
ReplyDeleteTerimakasih sudah mampir di blog saya, mba Yulia Wulansari. iyaa, saya sepakat dengan mba Yulia ^^
DeleteAku jg ngefans bgt sama alm pak pierre... Guantenggg polll, berkharisma n cerdas keliatannya
ReplyDeleteAq jg pengen ksna boleh g nyium ftox Pierre Tendean
ReplyDeletehihii . boleh boleh boleh.. ^ ^
DeleteAsyikkkkkkkk :)
ReplyDeleteMaklum Pierre Tandean kan gantengnya tumpeh2 nd cetarrrr membahana
ReplyDeleteIni kedua kalinya saya berkomen setelah membaca artikel mba lisna. Satu Kata Dr saya bahwa mba brilliant sekali. Karena kecintaan anda terhadap kapten Pierre, mba jdi bisa berbagi artikel2 Manis kepada fans Pierre tendean, seperti saya ini xoxoxo. Terima kasih lho mba , karena blog ini mengurangi kerinduan saya tdp beliau. Mungkin, kapan2 saya mau jdi teman mba utk jalan ke tempat sejarah beliau. Hehhe salam
ReplyDeleteHallo Mba Rianti,
Deleteterimakasih yaa sudah mampir-mampir.. senang juga sudah bisa berbagi dan mendapat komentar manis dari Mba Rianti !! ^^
siap !!! kapan2 bolehlah kita meetup .. salam !!! ;)
wahh ayoo kita bahas tntng Pierre Dan meet up dimuseumnya ,,,, boleh mintaa no. untk dihubungin??
ReplyDeleteayo kita adain meet up disana bareng2 sekalian sharing tentang Pierre ya Allah mauu bgtt rasanyaaaa
ReplyDeleteHello mba Lisna...salam kenal, saya Kezia, saya suka bgt dgn tokoh pahlawan ganteng ini meskipun beliau sdh lama berpulang ke rumah Tuhan, membaca blognya mba Lisna membuat rasa penasaran dan keinginan tahuan saya ttg kehidupan pribadi pak Pierre Tendean terobati, terima kasih sdh mau berbagi informasi ttg beliau. Lanjutkan mba Lisna tulisan ttg beliau dan ibu Rukmini jika berhasil menemui beliau. GBU mba Lisna.
ReplyDeleteHallo Kezia, terima kasih sudah datang ke blog aku ^^„ syukurlah kalau tulisan aku bisa mengobati penasaran kamu ^^.
ReplyDeleteSemoga, dan doa terbaik kita untuk Pierre Tendean yaa .. GBU always ;)
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteWah arwahnya saat2 tertentu hadir tuh ke mbak lisna, serius...
ReplyDeletehehe.. iya.. saya hanya bisa menghadiahkannya doa.
DeleteJuni saya ke jakarta. Saya pastikan saya akan kesana. Saya akan senang jika bisa berdiskusi dgn sahabat2. Thx b 4. Saya vincent. Mgkn kita bs bertukar no hp n wa
ReplyDeleteHai Vincent Tony, bisa hub saya via DM twitter atau IG di Lisnafull?
ReplyDeleteSaya tunggu kabar baiknya ^^
Saya mulai melek tentang dia, pas sya mengantar murid ke pinisi, disitu ada foto Alm. Terpampang jelas, sya liat raut wajahny dlm hati "ini kaya prnah sya liat dimana ya"sambil jln sya ingat2,,eh trnyata mirip suami saya..skrg sya jd suka cari2 foto alm. Pierre & kmudian sya sandingkan dngn foto suami saya😂mba sya blh tau ga, alamt rumah ibu mitze..
ReplyDeleteJd pnasaran mba saya sama muka suami mba😭
Deletehi mba lisna,, pas lagi cr info ttg pahlawan Pierre Tendean tiba2 dpt blog mba lisna & langsung baca smua artikelnya. Kalau saya sendiri mencari tentang sejarah beliau karena kebetulan kakek saya memiliki marga yg sama dengan beliau. Dan kepengen satu waktu bisa ke museum lubang buaya^^
ReplyDeleteajak saya aja kalo mau ke sana!! saya blm pernah karna jauhh:(((
ReplyDeleteajak saya aja kalo mau ke sana!! saya blm pernah karna jauhh:(((
ReplyDeleteBoleh, bisa kirim e-mail langsung ke saya yaaa .. tgl 1 Okt nanti kita bisa meet up:)
DeleteTepat hari ini :')
ReplyDeleteHai mba lisna. Salam kenal. Sya juga fans beratnya kapten pierre dari jaman SD loh. Secara beliau tak hanya tampan tp loyalitas dan pengorbanannya untuk atasan dan negara sangat patut diacungi jempol
ReplyDeleteHallo, wah fans setia yaaa .. aku tergolong pendatang baru sih. Malah baru tau doi tuh gegara ncari tau masalah Tragedi Cebongan :D
DeleteSaya bangga sekali dengan kapten Pierre Tendean
ReplyDeletehallo mba Herlina, mungkin Pak Pierre juga bangga jika belia menggetahui ada generasi yang menjadikannya panutan yaa ^^
DeleteSi Ganteng ❤ pengen ke Lubang Buaya, tp perjalanan jauh banget 😭
ReplyDeleteTulisan Mba Lisna mengobati kerinduan kami pada beliau. Terima kasih, Ya.
Hallo, sma-sama yaaa ..
Deletesemoga suatu hari nanti banyak kerinduan yang bisa dibayar :)
Kak.. sepertinya saya juga memiliki perasaan seperti kakak thd pierre :).. makasih kak tulisan2nya sering saya baca ..
ReplyDeleteHi.. sama-sama..
Deleteterima kasih juga sudah datan ke blog aku ♡
Boleh dong nanti2 kita bareng k museum, aku blm prnah soalnya dan ada rncana mau ksana, dari Bandung saya tar meet up
ReplyDeleteboleh, bisa kirim saya e-mailn yaa .
DeleteHai..baru aja liat post ini. I may be late enough to see this but I have to admit that your words about Piere is really touching. I love Pierre too
ReplyDeletehi.. thanks anyway .. hope you enjoy yaaa 💝
Delete2018 anyone? Ingin sekali kesana, cuma dari Bandung lumayan jauh. Huhuhu. Semoga suatu waktu bisa kesana. Terimakasih ya Kak Lisna sudah berbagi..
ReplyDeletehi.. sama-sama.
Deletesemoga diberi kemudahan untuk bisa segera berkunjung yaaa..
💝
Hai kak.. salam kenal. Aku juga ngefans banget sama Pierre Tendean. Mau cari buku2 tentang beliau kira2 yg lengkap cari dimana ya?;(
ReplyDeleteHi, salam kenal juga !!
Deletecb ke link ini yaaa ..
https://mobile.twitter.com/lisnafull/status/1040216317981147136?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Eembeddedtimeline%7Ctwterm%5Eprofile%3Alisnafull%7Ctwcon%5Etimelinechrome&ref_url=http%3A%2F%2Flisnafull.blogspot.com%2F2014%2F09%2Fgara-gara-pierre-tendean.html
Hi, salam kenal juga !!
Deletecb ke link ini yaaa ..
https://mobile.twitter.com/lisnafull/status/1040216317981147136?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Eembeddedtimeline%7Ctwterm%5Eprofile%3Alisnafull%7Ctwcon%5Etimelinechrome&ref_url=http%3A%2F%2Flisnafull.blogspot.com%2F2014%2F09%2Fgara-gara-pierre-tendean.html
Haii mba!! Salam kenal,aku juga ngefaans banget sama om pierre kisah hidup semuanya lah mba inspirasi saya banget,bisa lah mba kita meet up bareng ke monumen pancasila biar ada temannya gitu ,kalau ada yg tau mau cari buku tentang semuanya. Perihal om pierre dimana ke?
ReplyDeleteHi Mala. terima kasih sudah menyempatkan membaca tulisan2ku.. wah ,boleh tuh jalan2 ke museumnya . yuks kita ke museum !!! . oh iya, tulisan2 ini jg sudah aku bukukan kok 😊
ReplyDeleteMba sya tya donk, knp pose patung kapten pier tendean bersikap istrht?
ReplyDeleteApakah tahun ini kakak juga berkunjung ke museum pancasila sakti? Saya di luar jakarta tapi ingin berkunjung lagi kesana. Walaupun saat masih smp saya merasa sedih dan nyesek juga ngeri ketika berkunjung disana. Tapi tiba tiba tahun ini entah kenapa ingin kesana lagi dan ingin melihat secara langsung peninggalan kapt pierre tendean.
ReplyDeleteHalo, maaf ya aku baru sempat membalas komem..
Deleteselama pandemi aku sudah jarang ke MPS, terakhir kali di acara tahlilan keluarga th 2020.
mungkin lain waktu kita bisa ke sana bersama yaa. 😃
wahh keren mba penggambaran cerita yg mba sudah jabarkan, jujur saja saya juga merasakan apa yg mba rasakan, bedanya saya tidak bisa ke lubang buaya setiap saat saya mau karena daya hanya ke jakarta setiap lebaran mudik saja. dan alhamdulillah taun ini saya berkesempatan untuk pertama kalinya mendatangi lubang buaya. Suasana hening dan damai membuat saya seperti masuk kembali ke jaman dahulu, dan saya merasa juga pak pierre bersama saya untuk menceritakan apa terjadi saat itu kepadanya dan korban yg lain. Semoga di tahun2 berikutnya saya bisa berkunjung lagi, saya usahakan. Damai dan sejahtera di alam sana pak..
ReplyDelete