Friday 31 October 2014

Berkunjung ke Taman Makam Pahlawan Kalibata

7

Hal biasa yang terjadi dengan saya adalah tamasya tanpa rencana. Misalnya teman mengajak ke suatu tempat, bisa saja saya langsung meng-iya-kan. Tentunya di luar jam kerja dan di akhir pekan. Itu pun jika sedang tidak ada acara keluarga yang tidak bisa diganggu gugat.

Seperti pada suatu hari minggu, teman saya Rikha mengajak untuk berkunjung ke Museum di Tengah Kebun. Dia sudah melihat info dari salah satu acara di televisi. Well oke, kami pergi hari sabtu pagi. Ternyata Rikha ada janji dengan teman kantornya yang kebetulan tinggal di sekitar Taman Makam Pahlawan Kalibata. Dia bilang, "Kebetulan kemaren gw denger rumahnya di deket Makam Pahlawan Kalibata, jadi sekalian aja kita ajak dia muter-muter." .. Haha . Rikha memang cerdas !! Dan sungguh keterlaluannya saya karena lahir besar di Jakarta tapi belum pernah sekalipun ke Makam Pahlawan tersebut. *hiks*


Karena tidak terencana, jadi kami tidak menyiapkan apapun untuk membawa hal-hal wajar untuk berziarah ke pemakaman. Ahh sedihnya, padahal saya penggemar Pahlawan Revolusi. Tapi tak apalah, setidaknya saya bisa menengok dan mendoakan dari dekat pahlawan-pahlawan di sana. Tidak lama menunggu, teman Rikha datang, ternyata seorang bapak. Beliau bilang sedang ada acara pemakaman juga di dalam, tetapi makam masih bisa untuk dikunjungi.


Karena si bapak sudah akrab dengan para security dan penjaga makam tersebut, kami pun masuk dengan bebasnya (bahkan sampai saat ini saya tidak tau prosedur resmi apa yang digunakan untuk berkunjung ke komplek pemakaman tersebut). Rupanya kami masuk melewati pintu samping, yaitu pintu yang biasa digunakan untuk jalur keluar.



dinding halaman samping.1
dinding dalaman samping.2

Si bapak sibuk beramah-tamah dengan para penjaga di sana, dan kami sibuk foto-foto di tembok yang bertuliskan para pahlawan yang di makamkan di tempat tersebut. Tak lama kemudian si bapak mengajak kami untuk berkunjung ke makam Pahlawan Revolusi. Yahaa, si bapak tau saja bahwa saya memang penasaran dengan makam mereka. Di sana berjajar lima makam jenderal yang beragama muslim.

Makam Pahlawan Revolusi

Makam Jenderal Ahmad Yani

Makam Jenderal Suprapto

Makam Jenderal M.T. Haryono
Makam Jenderal S. Parman

Makam Jenderal Sutoyo

Di atas makam mereka ada makam pahlawan Kapal Tujuh yang terkenal itu, makamnya lumayan besar dari ukuran biasa karena memang ada 21 pahlawan yang dimakamkan jadi satu. Lalu kami diajak ke makam Ibu Ainun Habibie yang diatasnya adalah makam Jenderal Nasution.


Makam Pahlawan Nusa (Kapal Tujuh)





Beruntunglah kami diantar oleh bapak teman Rikha tersebut, sehingga kami bebas mengambil gambar sesuka hati kami (tapi tetap pakai tata cara berziarah makam, lho). Saat kami hendak menuju tugu untuk mengambil gambar, si bapak bercerita bahwa ayahnya ikut mengangkat jezanah Pahlawan Revolusi dari sumur tua di Lubang Buaya. Beliau menceritakan keadaan di sana pada saat itu sampai dengan kondisi jenazah saat diangkat dari dalam sumur.

Saya penasaran sekali dengan cerita beliau, dan rupanya cerita beliau hampir sama dengan cerita yang pernah ada di buku-buku saat proses pengangkatan tersebut, hanya bedanya kami mendengar langsung cerita dari anak saksi mata. (oke skip :D)



Tugu Makam Pahlawan Nasional Kalibata

Setelah dari tugu, kami  menuju ke makam pahlawan yang beragama non-muslim, terutama korban Gerakan 30 September. Tidak terlalu jauh dari tugu kami pun sudah masuk areal pemakaman agama Hindu, Budha, dan lalu Kristen yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk. Ada juga ruang pameran profil nama pahlawan yang dimakamkan di tempat tersebut.


Makam Kapten Pierre Tendean
Makam K.S Tubun


Makam Istri Jenderal D.I Pandjaitan

Setelah puas berkeliling dalam panas siang itu, kami pun segera meninggalkan areal pemakaman pahlawan tersebut. Saat akan menuju pintu keluar, barulah kami menemukan peraturan mengunjungi makam. Jadi teman, apapun yang kami lakukan di dalam areal Taman Makam Pahlawan Kalibata adalah hal-hal yang melanggar tata tertib berkunjung. Apalah saya bisa melakukan hal tersebut di sana tanpa teman si Rikha. Bapak itu sungguh sudah banyak melancarkan acara jalan-jalan tanpa rencana kami yang ternyata sangat mengesankan.

Entah apa dan kemana perjalanan saya selanjutnya, jika memang berkesan, berkenan, dan bermanfaat, pasti saya share lagi di sini. Karena saya akan bersiap untuk menyambut senja, sampai di sini dulu, yaa ..

Salam hangat :)


7 comments:

  1. Mbak,kok kyknya makam pahlawan revolusi dibedakan ya,bawahnya gak langsung rumput.Mungkin sengaja ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hallo, mba Virgin.
      Iya, untuk makam Pahlawan Revolusi memang dibedakan dengan makan pahlawan lainnya, saya kurang tau apa alasannya tapi mungkin untuk mempermudah membedakan dengan makam pahlawan lainnya .
      semoga membantu ^^,

      Delete
    2. Terimakasih ya mbak,sangat membantu sekali ^^ :'3

      Delete
  2. Juga nama Pierre Tendean di dinding halaman dan di makamnya bukan Pierre Andries Tendean (tidak ada 'Andries,) *maaf nanya terus T_T #peace

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yaa Mba Virgin.

      Untuk penulisan nama mungkin disesuaikan dengan nama yang ada di baju dinas. (jawaban terkaan saya) atau nanti kita cari tau bersama mengapa diberi nama Pierre Tendean saja bukan nama lengkap. ^^
      gak apa-apa mba, banyak tanya kan juga sebagai ajang koreksi bagi penulis untuk memperbaiki lagi sumber2 data untuk tulisan berikutnya..
      ^^,

      Delete
  3. suka sejarah & jalan-jalan main ke blog saya yuk

    letsgo2museum.blogspot.co.id

    ReplyDelete
  4. Ada yang tahu nomor kontak taman makam pahlawan? Ataukah bisa masuk bebas??

    ReplyDelete