Friday 14 July 2017

Mengenang Pierre Tendean (Part. III)

22

Hallo kalian,

-saya menyapa dengan nada yang sok akrab-
Apa kabar ?

Well, terima kasih teman-teman yang sudah menyempatkan waktunya untuk membaca cerita konyol saya di blog ini. Terima kasih juga untuk mau mengenal dan berteman dengan saya. Saya cinta kalian ^^.

Oke, karena banyak permintaan dan dukungan untuk melanjutkan kisah dan menulis kembali, kali ini seperti biasa saya akan berbagi sedikit cerita menlanjutkan cerita yang sebelumnya.

Mungkin tulisan saya terlalu identik dengan -saya pikir kalian juga sudah tau- Pierre Tendean. Yap, beberapa waktu lalu saat saya terlalu rindu dengan sosoknya, saya menyempatkan diri untuk datang berkunjung menemui kakak beliau, Ibu Mitzie.

Untuk yang bertanya-tanya bagaimana kabarnya, beliau dalam keadaan yang sangat baik. Bisa dibilang sangat baik mengingat usianya yang sudah sepuh.
Saya mengunjunginya sejak pagi sebelum siang terlalu terik.
Seperti biasa dengan sambutan hangat dan riangnya, beliau mempersilakan saya masuk dan menikmati halamannya yang terbilang luas dan rimbun. Saya dipersilakan masuk melalui pintu depan yang menghadap ke halaman.

Rumahnya masih teduh, seteduh tatapannya yang banyak menyimpan cerita tentang orang terkasihnya. Beliau mengajak berbincang tentang keadaan rumahnya saat ini yang baru beberapa hari lalu digunakan untuk lokasi pengambilan gambar sebuah film.

Setelah mempersilakan duduk, beliau mulai mengingat-ingat sebentar siapa saya -hahah, karena siapalah saya yang tak tau diri ini-. Sambil benbincang ringan, beliau menyuguhkan sebotol minuman legendaris serta makanan ringan ala Lebaran. Tidak hanya itu, karena masih dalam suasana Lebaran, beliau juga bercerita bahwa ada seseorang yang membuatkannya ayam kodok untuk perrsediaan makan beliau beberapa hari, bercerita juga beliau tentang kue-kue Lebaran pemberian dari besannya.










Sambil menikmati sajian yang dihidangkan, Ibu Mitzie bercerita pula tentang hobby-hobby dari adik tersayangnya. Ternyata salah satu hobby dari Pierre Tendean adalah membaca, hampir setiap waktunya Pierre habis dengan membaca ketika berada di kamar.

Buku - buku kesukaan Pierre Tendean juga masih disimpan dengan baik oleh Ibu Mitzie. Tanpa diminta untuk memperlihatkan koleksi buku sang adik, dengan senang hati beliau mengeluarkan koleksi buku-bukunya. Dan dengan senang hati pula saya menyambutnya dengan suka cita. (halah)







Koleksi Buku Pierre Tendean




Sebenarnya masih banyak koleksi buku dari Pierre Tendean, termasuk buku karya Pramoedya Ananta Toer yang masih beredar hingga sekarang. Banyak kenangan dari setiap buku yang beliau ceritakan, tapi yang paling berkenan adalah sebuah buku yang sangat adiknya sayang, hingga buku tersebut selalu dibawa kemana pergi termasuk saat Pierre Tendean masih menempuh pendidikan.






Buku Kesayangan Pierre Tendean





Dari perbincangan santai di hari itu, tak terasa waktu berjalan terlalu cepat. Sebenarnya ingin berlama-lama bersama Ibu, tapi apalah daya saya harus pamit. Sepertinya juga Ibu harus istirahat mengingat jam tidur siangnya tersita oleh tamu tak diundangnya.

Untuk kali ini, saya sudah cukup merasa terbayarkan tentang rindu pada Pierre Tendean, dan mengenangnya adalah cara terbaik untuk membayar segala rindu seperti yang pernah dilakukan oleh ibunda dari Pierre Tendean ketika rindu anak lelakinya yang telah berpulang.







Semoga apa yang saya bagikan kali ini bermanfaat untuk semua tanpa bermaksud merugikan pihak manapun.

Trims,
Salam hangat, 
Lisna :)