Monday 25 September 2017

Kapt. Pierre Tendean

10

Ia gugur mempertahankan Pancasila - Perwira Ganteng, suka mbanjol banjak gadis ketjantol.


Djakarta, (Yudha Minggu) --- Tahun 1965 saja menjadi Empu.", demikian antara lain pesan Letdjen G.P.H. Djatikusuma, dalam perpisahan antara beliau dengan Para Perwira Corps Zeni A.D, di Aula ZIBANG, tanggal 19 Oktober 1965, berhubung dengan keberangkatan beliau untuk memangku jabatan yang baru, sebagai Komandan Political Combat Outpost di Rabbat, Marocco, sebagai Dubes, dalam rangka pengganyangan NEKOLIM.


"Kerisnya Nogososro, pamornya sengkelat, ya saya seperti Empu Supodrijo, Empu Djokosuro, seperti empu lainnya. Kerisnya antara lain: Kapten Zeni Anumerta Carmel Napitupulu, yang gugur di Irian Barat sewaktu TRIKORA yang lalu. Kapten Zeni I Gde Awet yang didrop di Merauke, sekarang masih ada. Lettu Ibrahim Saleh, yang membuat tentara Inggris dan Australia tidak berani di jalan sembarangan karena takut ranjaunya. Lettu Karsun, yang membuat jalan baru di Kalimantan Barat. Dan yang terakhir ini Kapten Anumerta Pierre A. Tendean, gugur sebagai Pahlawan Revolusi, mempertahankan Pancasila."


Demikianlah Kapt. Czi Anumerta Pierre A. Tendean, salah satu daripada banyak keris-keris yang ditempa di Akademi Militer Jurusan Teknik, di Panorama Bandung. Sebagai perwira remaja, membuktikan bahwa dirinya ikut andil besar dalam penyelesaian Revolusi ini. Bahwa ia ikut menjadi landasan dari Revolusi 45 yang kita pertahankan ini.


Mari kita mengungkap sedikit kehidupan Kapten Pierre Tendean tersebut.
Ayahnya, Dr. Tendean, putra Minahasa, kini menetap di Semarang.
Capt. An. Pierre memilih karier militer untuk masa depannya. Dari semula ibu dan ayahnya menghendaki supaya ia sekolah di Universitas atau di Akademi lain. Mulai Basic Training, ayah dan ibunya berkali-kali menulis surat supaya pindah saja dari awal ke sekolah lain. Tetapi Taruna Pierre bercita-cita keras untuk menjadi prajurit. Demikianlah ia tidak mau pindah dan bertekad untuk tetap di Akademi Zeni A.D ( nama dari Akademi waktu itu).

Dalam permulaan pendidikan, Taruna Pierre telah merebut hati para rekannya, mendapat nama baik di antara teman seangkatannya, juga dari para seniornya. Sebagai seorang calon perwira dia dapat memegang teguh martabat keperwiraannya, tetap memiliki militansi yang tinggi.

Dalam hal pendidikan di Akademi ini, dalam hal mata pelajaran Civil Technik, dia termasuk dalam golongan yang cukup baik.

Kombinasi antara karakter dan kecerdasan otaknya inilah yang menyebabkan atasan memilih dia sebagai Komandan Batalyon, Taruna Remaja. Tugas ini dilaksanakan dengan baik sekali. Beban ini masih ditambah dengan jabatannya sebagai Wakil Ketua Senat Corps Taruna. Teman-temannya mempercayakan dia dalam tugas-tugas Pembinaan Corps.

Meski Taruna Pierre sibuk dengan tugas-tugas kedinasan dan Corps, masih sempat juga Taruna Pierre meneruskan hobbynya dalam olah raga. Sebagai pemain basketball dan volley, dia ikut mempertahankan nama baik Akademi Zeni dalam hal olah raga, misalnya dalam pertandingan-pertandingan Pekan Olah Raga Mahasiswa, PORAKTA, pertandingan antara kesatuan-kesatuan militer, dan pertandingan-pertandingan lainnya. Segala aktivitas ini dijalaninya dengan tangkas dan semua sukses.


Taruna Pierre, orangnya ganteng, tinggi, atletis potongannya, simpatik. Banyak Mojang Priangan  menamakan dia Robert Wagner dari Panorama, dan banyak gadis-gadis mengusiknya, bila dia memimpin parade Taruna pada setiap perayaan hari besar. Rasa simpatik ini terutama tidak tertuju pada keadaan fisiknya, tetapi tertuju pada tingkahlakunya, kesederhanaannya, sopan santunnya, karakternya yang baik, dan satu hal lagi yang khas dari Taruna Pierre adalah selera humornya. Dalam kegiatannya sehari-hari penuh humor. Baik waktu berkumpul maupun dalam tugas-tugas yang berat sekalipun selalu diselinginya dengan humor.


Kata-kata humornya yang  mengena di antara kawan karibnya antara lain: " Hubungan antara Taruna Akmil Djurtek dengan para mahasiswa FKIP Bumi Siliwangi harus dipererat. Harus dipupuk terus. Sebab meneruskan tradisi dari kakak-kakaknya, ialah demikian menggondol Ijazah Akademi sekaligus menggondol gadis FKIP. Meskipun putri-putri itu belum lulus sekalipun, terus saja dibawa pergi untuk kawin."

Tentang kehidupan pun dia memiliki humor lain:

" Hidup teratur dapat dimulai setelah kawin."

" Kawin tanpa cinta juga boleh, cinta setelah kawin adalah lumrah."

Humor yang paling nekat adalah: " Makan banyak, minum banyak, tidur banyak, tapi kerja juga harus banyak. Pokoknya semua serba banyak."




Umurnya masih sangat muda. Lahir tahun1939. Maka belum banyak tugas-tugas militer diikutinya. Tahun 1958 tugas Operasi Sapta Marga di Sumatera Barat. Pangkat masih Kopral Taruna.
Dalam Operasi Pengganyangan NEKOLIM, Operasi DWIKORA, Lettu Pierre bertugas di perbatasan, beberapa kali memimpin sukarelawan masuk daerah musuh selalu berhasil dengan selamat, tugas-tugasnya selalu berhasil. Dalam tugas-tugas tersebut banyak keadaan kritis yang dihadapinya, namun selalu dapat mengatasinya dengan segala keberaniannya dan akalnya.

Tugas di perbatasan ini ditinggalkannya karena ada tugas baru, ialah sebagai Ajudan Menko Hankam Jendral Nasution. Tugas ini dipikulnya dengan rasa penuh tanggung jawab. Dengan keberanian yang luar biasa dia menjadi tameng dari Jendral Nasution, dan ini diakhiri dengan gugurnya sebagai Pahlawan Revolusi.

Demikian Kapten ZENI Anumerta Pierre A. Tendean sebagai Perwira remaja menunjukkan kemampuannya dalam banyak tugas.


---
Ditulis lagi dengan sumber asli Berita Yudha oleh; B. Irawan cs. Lettu CZI