Thursday 10 September 2015

Karena Rindu Pierre Tendean

49


Hi,
Terimakasih sudah mampir ke blog saya. Bisa jadi kebetulan juga mampirnya atau sengaja, tapi kali ini yang akan saya bahas (lagi-lagi) tentang Pierre Tendean. Wah, jangan bosan ya main ke blog saya, semoga bermanfaat saja, ya :)

Karena rasa rindu saya pada Kapten Pierre Tendean, alhasil saya kembali mengingat-ingat koleksi foto Pak Pierre yang masih tersimpan baik di rumah Ibu Mietzi. Foto-foto masa kecil, foto remaja, foto saat menjadi taruna, foto bersama keluarga, serta foto saat Pak Pierre duduk bersanding dengan pujaan hati di tepi Danau Toba.


Saya teringat saat Bu Mietzi bercerita tentang sebuah foto yang diambil saat Pak Pierre dan keluarga sedang berlibur di sebuah pantai di daerah Cilincing saat Pak Pierre masih duduk di bangku SMP. " Saya ingat betul waktu itu kami sedang guyon (bercanda), katanya 'Iki lho dadaku, ndi dadamu? (Ini Lho dada saya, mana dada kamu?)',", kata Ibu Mietzi sambil menirukan gaya Pak Pierre kala itu.

Ibu Mietzi juga menceritakan jaket yang terakhir digunakan oleh Pak Pierre di malam tragis itu. "Jaket yang Pierre pakai itu sama dengan punya saya yang dibelikan kembar oleh Pierre. Pierre warna biru, saya warna merah bata. Di bagian kerahnya ada bulu-bulu. Saya ingat betul jaket itu, Pierre senang sekali memakainya dan saya disuruh memakainya juga, sampai saya bilang 'Pierre Pierre, panas-panas kok pake jaket segala.'. Tapi Pierre suka sekali dengan jaket tersebut.", kenangnya.

Kakak dari Pierre Tendean tersebut juga bercerita bahwa Pierre suka sekali berkuda, bermain tenis, juga voli. Beliau juga menceritakan bahwa Pierre sering membelikan baju yang sama antara Pierre dan dirinya. Kemanapun Pierre melakukan perjalanan tugas, Pierre selalu mengirimkan foto dan kabar untuknya. Bu Mietzi juga suka sekali mendatangi acara-acara di sekolah Pierre ataupun saat Pierre menjadi taruna. "Saya suka lihat Pierre dadah-dadah ke arah saya saat dia bersama teman-temannya. Dia terlihat bahagia sekali jadi tentara.", lanjutnya.

Pada saat Pierre Tendean tinggal di Semarang, beliau juga suka bermain layang-layang. Bahkan beliau juga membuat benang layangannya sendiri. "Kata Ibu (Roos), Oom Pierre suka membuat benang layang-layang sendiri, lalu dijemur di halaman depan rumah. Biasanya halaman depan rumah akan penuh dengan jemuran benang milik Oom Pierre jika musim layang-layang.", cerita keponakan beliau yang tak lain adalah putra dari Ibu Roos.

Diceritakannya Pierre juga sempat menghadang rombongan konvoi liar saat di Semarang, kala itu Pierre terlibat dalam perkelahian dengan anggota konvoi yang menyebabkan ada bekas luka sayat di lengan Pierre Tendean. Tapi kurang paham juga tangan sebelah mana yang mempunyai tanda tersebut.

Suatu hari keponakan dari Pierre Tendean tersebut sempat penasaran dengan jam tangan yang disimpan oleh pihak keluarga. Jam tangan tersebut adalah jam yang terakhir kali ditemukan bersama dengan jenazahnya. Karena jam tersebut sudah ikut terkubur dan sudah tidak dipakai sangat lama, maka jam tersebut mati. Diam-diam oleh keponakan beliau jam tersebut dicoba-coba barangkali masih bisa hidup dan digunakan. "Saya sempat kena marah ibu karena mengubah waktu di jam tangan tersebut, karena ibu bilang jam itu mati bersamaan dengan dikuburkannya beliau". kenang sang keponakan. " Yaaa, namanya juga penasaran ya. Ibu saya marah sekali saat itu." sambungnya lagi.

Pierre Tendean juga memiliki sebuah Jeep. Suatu hari Pierre menjemput kakaknya dari Semarang di Bandara Kemayoran dengan menggunakan Jeep tersebut, ia datang bersama Ade Irma. Hari itu Ade Irma sambil menangis mendatangi Ibu Mietzi, Ade bilang Oom Pierre nakal karena tidak dibelikan es krim. Ternyata saat itu Ade Irma minta dibelikan es krim oleh Pierre Tendean, tapi karena jam istirahat toko, maka Ade belum jadi dibelikan es krim.
"Saya ingat betul Ade dibentak oleh Pierre sambil Ade terus merengek menangis. Kasian Ade. Pierre kok ya tega banget marahin Ade. Saya gak akan lupa itu.", cerita Bu Mietzi sambil melihat ke arah foto mereka berdua yang dipajang di salah satu sudut dinding rumahnya.

Bagi saya sungguh sepertinya banyak sekali cerita seru dari seorang Pierre Tendean. Saya tulis di sini karena saya tidak tau apa yang terjadi nanti jika saya lupa dengan semua kenangan yang pernah diceritakan dari keluarga Pierre Tendean. Tapi setidaknya, saya bisa membuka kembali tulisan ini jika saya rindu beliau.



Semoga memberikan manfaat yaa ..
Jika ada koreksi, saya mohon maaf dan tolong sampaikan melalui kolom komentar.
Salam hangat ;)